Esaunggul.ac.id, Jakarta Barat, Demokrasi sebagai sebuah sistem politik yang diterapkan di Indonesia menjadi diskursus tersendiri yang dibahas di berbagai kalangan,baik masyarakat, politisi dan anak muda. Anak muda menjadi salah satu kalangan yang menjadi sasaran dari penetrasi demokrasi, hal ini penting dilakukan karena anak muda merupakan generasi penerus bangsa.
Untuk meningkatkan penetrasi demokrasi kepada anak muda, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Esa Unggul mengadakan diskusi kebangsaan yang bertajuk “Peningkatan Pokja Index Demokrasi Angkatan ke II“. Dalam diskusi seminar tersebut dibahas mengenai iklim demokrasi Indonesia yang saat ini mengalami fluktuasi yang drastis. Hal ini di sampaikan oleh salah satu pembicara seminar yakni Praktisi politik Rahmatulloh.
Rahmatulloh mengatakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DKI Jakarta Indeks Demokrasi indonesia khususnya di Jakarta mengalami penurunan. Penurunan ini tidak terlepas dari beberapa kejadian dan peristiwa yang dialami oleh dunia perpolitikan, hukum serta sosial di DKI Jakarta.
“Menurut rilis yang dilakukan oleh Kesbangpol Jakarta, Indeks Demokrasi di Jakarta menurun, mengapa kita mengambil sampel hanya dari jakarta, hal ini dikarenakan Jakarta menjadi cermin untuk mengukur tingkat demokrasi di beberapa wilayah di Indonesia. Rendahnya iklim demokrasi di Jakarta ini tidak terlepas dari panasnya persaingan politik, konflik etnis, pemilukada dan isu agama di ibu kota,” ujar Rahmatulloh saat menyampaikan materi di diskusi kebangsaan, Senin (26/09/2017).
Salah satu anggota Focus Group Discussion Indonesia Democracy (FGDID) ini mencontohkan salah satu persitiwa yang menjadi indikator jatuhnya indeks demokrasi di Jakarta ialah pembatasan masyarakat untuk berserikat dan mengeluarkan pendapat yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dan pemerintah.
Rahmatulloh mengajak para mahasiswa sebagai kalangan intelektual untuk turut aktif memperbaiki iklim demokrasi di Indonesia khususnya di Jakarta. “Penting bagi anak muda untuk turun dan aktif memanfaatkan situasi ini dengan ide-ide kreatifnya, contohnya menyampaikan pendapat dengan elegan dan berkualitas lewat media sosial atau cara konvensional tapi dengan syarat menyampaikannya tersebut tidak dilakukan dengan anarkis, namun lebih kepada cara-cara persuasif,” tuturnya.
Pria berkacamata ini berharap dari diskusi kebangsaan yang dilakukan dengan mahasiswa ini dapat menumbuhkan kembali semangat dari nilai-nilai demokrasi menjadi tuntunan dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara di kalangan anak muda.
“Saya berharap mahasiswa dapat mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi dengan cara menawarkan penyelesaian masalah dengan jalan persuasif, melalui bahasa-bahasa yang memediasi bukan malah memprovokasi. Apalagi keterbukaan Informasi saat ini sudah sangat sulit untuk disaring, mengingat media sosial saat ini berkembang pesat ini juga dapat dimanfaatkan bagi anak muda untuk menyebarkan informasi yang akurat dan tidak Hoax,” tutupnya.
Diskusi kebangsaan BEM Universitas ini dihadiri pula oleh jajaran Kesbangpol DKI Jakarta
Kepala Bidang Politik dan Demokrasi, Drs. Almer Nainggolan, MAP dan Kepala Sub Bidang Demokrasi, Mazhar Setiabudi, S. Sos, M. Si. Diperkirakan terdapat 100 peserta yang menghadiri acara tersebut. Mahasiswa yang hadir berasal dari berbagai fakultas, mulai Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Komunikasi hingga Fakultas Kesehatan.